Skip to main content

DS012-EMPAT DIMENSI PENTING MANUSIA

6 Februari 2018

Nafsu manusia memiliki banyak aspek dan dimensi yang sulit untuk diselami. Namun ada empat dimensi penting yang nantinya akan menentukan nilai manusia di mata Allah maupun di mata masyarakat, empat dimensi itu adalah:

1.Dimensi Nabatiyah (tumbuhan/tanaman), dimensi ini merupakan wujud manusia sebagai makhluk yang tumbuh secara fisik tanpa adanya 'iradah'/kehendak/keinginan. Secara insting, ia akan bertumbuh tanpa peduli terhadap akibat yang timbul dari pertumbuhannya, baik akibat baik maupun buruk. Ia tidak melakukan dosa namun tidak adanya sifat peduli kepada orang lain akan menyusahkan masyarakat. Lihatlah pohon yang tidak pernah punya niat mengotori halaman tetangga dengan daun-daun keringnya namun apa yang terjadi?. Tetangga merasa terganggu dan terbebani karena harus membersihkannya.

2. Dimensi Hayawaniyah (binatang), merupakan aspek manusia sebagai makhluk yang tumbuh dan memiliki 'iradah', akan tetapi setiap kehendaknya tidak berdasarkan pertimbangan baik dan buruknya perbuatan. Jika ia menginginkan sesuatu maka ia akan mengambilnya tanpa ada pertimbangan apakah sesuatu tersebut adalah miliknya atau bukan. Dalam dimensi ini keinginannya adalah 'raja' yang mengalahkan segalanya.

3. Dimensi Insaniyah, dalam hal ini manusia adalah wujud yang memiliki kehendak namun kehendaknya dibatasi oleh pertimbangan baik dan buruk secara 'aqliy' (logic). Saat ia menginginkan sesuatu maka ia akan meraihnya dengan pertimbangan baik dan buruk perbuatan berdasarkan sabda akal. Dalam hal ini manusia menggunakan pertimbangan hak dan kewajiban, misalnya, jika kita diberi sesuatu maka wajib berterima kasih, jika kita bersalah maka kita harus minta maaf, jika kita disakiti maka kita tidak wajib memaafkan, jika kita tidak diberi maka tidak ada kewajiban untuk memberi sebagai balasan dan sebagainya.

4. Dimensi Malakiyah (malakut/malaikat), dalam aspek ini, manusia yang memiliki keinginan/iradah untuk mencapai keinginannya namun kali ini keinginannya bernila lebih tinggi. Ia tidak hanya berusaha menggapai regulasi hak dan kewajiban karena yang ia ingin dapatkan adalah nilai kesempurnaan dan keutamaan. Ia akan merasakan bahagia saat kesempurnaan dan keutamaan ia dapatkan. Dalam dimensi ini manusia bersedia meminta maaf meski ia tidak melakukan kesalahan, semua demi kesempurnaan dirinya. Jika dimensi insyaniyah mengatakan bahwa 'sunnah=tidak diwajibkan' dan 'makruh=tidak diharamkan', lain halnya dengan dimensi malakiyah yang mengatakan bahwa 'sunnah=keutamaan yang harus dicapai' dan 'makruh adalah cela dan kehinaan yang harus dihindari'.......

Terlalu sibuk berada dalam dimensi pertama akan merubah kita menjadi manusia egois yang tidak care terhadap masalah di sekitar kita
Terlalu memaksimalkan dimensi kedua akan merubah kita menjadi zalim
Memaksimalkan dimensi ketiga kita akan menjadi manusia yang baik

Membina dan menguatkan dimensi keempat akan menjadikan kita manusia mulia

Popular posts from this blog

Sastro dan bom demi bidadari (Ustadz Rakhmat Hidayat)

Sastro yang lugu terlihat sedang memijat-mijt kepalanya yang sudah mulai dihiasi dengan beberapa helai uban mengkilat. Dari usianya yang masih terbilang muda pastinya uban itu bukan sinyal pertambahan usia tapi bekas deraan nestapa dan hujaman belati hidup yang selalu 'tidak adil' terhadapnya. Beberapa menit sebelumnya, Sastro menyaksikan sebuah tayangan berita di sebuah TV swasta (yang tidak ingin disebut namanya) yang mengupas masalah ritual bomb bunuh diri yang dilakukan oleh kalangan garis keras yang katanya pemeluk Islam itu.

JANGAN (MAU) JADI TUHAN !

Sepertinya kegilaan di negeri ini kian merajalela dan berangsur tapi pasti tatanan santun masyarakatnya mulai berubah dan bergeser menuju kondisi yang sangat menakutkan. Negeri ini mulai dipenuhi manusia-manusia yang kehilangan kemanusiaannya. Persekusi di sini, intimidasi di sana dan kezaliman 'syar'i' semakin menjadi. Kaum dhu'afa pikir yang terbuai propaganda surga atau kaum teraniaya yang menolak dengan logikanya menjadi dua kubu yang berseteru. Bagai gayung bersambut, masing-masing kubu menjadikan media sosial sebagai senapan mesin penghalau lawan. Masyarakat awam sekali lagi menjadi korban tarik-menarik kepentingan syetan.

AL QURAN DAN BANI ISRAIL

             Barangkali nama Bani Israil, adalah nama sebuah kaum yang sangat akrab di telinga kita. Bani Israil berasal dari kata bani (anak-anak keturunan) dan Israil yaitu nama lain Nabi Ya’qub. Kata Israil sendiri berasal dari kata isra (hamba) dan iil (Allah) atau dalam bahasa Arab sama dengan Abdullah . Begitu banyak ayat al quran yang menceritakan sepak terjang mereka terutama dalam memperlakukan perintah Tuhan serta para utusan-Nya. Saking viralnya informasi tentang kaum yang satu ini hingga kita patut bertanya : “Mengapa Allah memasukkan begitu banyak kisah hidup mereka dalam kitab Muhammad saw?”.”Apakah hikmah Al Quran memasukkan kisah hidup kaum terdahulu dalam banyak ayat-ayat yang turun kepada kita umat Muhammad?”.