6 Februari 2018
Nafsu manusia memiliki banyak
aspek dan dimensi yang sulit untuk diselami. Namun ada empat dimensi penting
yang nantinya akan menentukan nilai manusia di mata Allah maupun di mata
masyarakat, empat dimensi itu adalah:
1.Dimensi Nabatiyah
(tumbuhan/tanaman), dimensi ini merupakan wujud manusia sebagai makhluk yang
tumbuh secara fisik tanpa adanya 'iradah'/kehendak/keinginan. Secara insting,
ia akan bertumbuh tanpa peduli terhadap akibat yang timbul dari pertumbuhannya,
baik akibat baik maupun buruk. Ia tidak melakukan dosa namun tidak adanya sifat
peduli kepada orang lain akan menyusahkan masyarakat. Lihatlah pohon yang tidak
pernah punya niat mengotori halaman tetangga dengan daun-daun keringnya namun
apa yang terjadi?. Tetangga merasa terganggu dan terbebani karena harus
membersihkannya.
2. Dimensi Hayawaniyah
(binatang), merupakan aspek manusia sebagai makhluk yang tumbuh dan memiliki
'iradah', akan tetapi setiap kehendaknya tidak berdasarkan pertimbangan baik
dan buruknya perbuatan. Jika ia menginginkan sesuatu maka ia akan mengambilnya
tanpa ada pertimbangan apakah sesuatu tersebut adalah miliknya atau bukan.
Dalam dimensi ini keinginannya adalah 'raja' yang mengalahkan segalanya.
3. Dimensi Insaniyah, dalam hal
ini manusia adalah wujud yang memiliki kehendak namun kehendaknya dibatasi oleh
pertimbangan baik dan buruk secara 'aqliy' (logic). Saat ia menginginkan
sesuatu maka ia akan meraihnya dengan pertimbangan baik dan buruk perbuatan
berdasarkan sabda akal. Dalam hal ini manusia menggunakan pertimbangan hak dan
kewajiban, misalnya, jika kita diberi sesuatu maka wajib berterima kasih, jika
kita bersalah maka kita harus minta maaf, jika kita disakiti maka kita tidak
wajib memaafkan, jika kita tidak diberi maka tidak ada kewajiban untuk memberi
sebagai balasan dan sebagainya.
4. Dimensi Malakiyah
(malakut/malaikat), dalam aspek ini, manusia yang memiliki keinginan/iradah
untuk mencapai keinginannya namun kali ini keinginannya bernila lebih tinggi.
Ia tidak hanya berusaha menggapai regulasi hak dan kewajiban karena yang ia
ingin dapatkan adalah nilai kesempurnaan dan keutamaan. Ia akan merasakan
bahagia saat kesempurnaan dan keutamaan ia dapatkan. Dalam dimensi ini manusia
bersedia meminta maaf meski ia tidak melakukan kesalahan, semua demi
kesempurnaan dirinya. Jika dimensi insyaniyah mengatakan bahwa 'sunnah=tidak
diwajibkan' dan 'makruh=tidak diharamkan', lain halnya dengan dimensi malakiyah
yang mengatakan bahwa 'sunnah=keutamaan yang harus dicapai' dan 'makruh adalah
cela dan kehinaan yang harus dihindari'.......
Terlalu sibuk berada dalam
dimensi pertama akan merubah kita menjadi manusia egois yang tidak care terhadap
masalah di sekitar kita
Terlalu memaksimalkan dimensi kedua akan merubah kita menjadi zalim
Memaksimalkan dimensi ketiga kita akan
menjadi manusia yang baik
Membina dan menguatkan dimensi keempat akan menjadikan kita manusia mulia