31 Januari
2018

Secara harfiyah, Hawa
berarti kecenderungan atau dorongan, sedangkan nafsu berarti diri atau sering
juga disebut jiwa.
Apakah hawa nafsu
merupakan perkara yang baik dan menguntung ataukah perkara yang buruk yang
merugikan...?
Sebagai mukadimah,
saya akan sampaikan 6 resources (sumber) yang diberikan Allah kepada manusia
sebagai bekal untuk melangkah dalam kehidupan menuju kepada kesempurnaan:
1. Fitrah, sebagai
sumber yang Allah tanamkan dalam diri manusia berupa kecenderungan menuju
kepada-Nya serta mengenal-Nya. Fitrah juga melahirkan nilai-nilai akhlak mulia
seperti kesetiaan, kasih sayang dan lain-lain.
2. Akal, sebagai pusat
pengambil keputusan logis
3. Iradah/kehendak,
menjamin kemerdekaan manusia dalam memilih apa yang ia inginkan (free will)
4. Perasaan (dhamir),
pengadilan diri manusia yang akan menghukum jiwa manusia dengan perasaan
bersalah saat melakukan kesalahan.
5. Hati (Qalbu),
adalah 'another window' (jendela lain) bagi kesadaran dan ma'rifat. Ia yang
mampu menerima enlightment (pencerahan) dari Tuhan. Ia berbeda dengan fitrah
karena hati bisa mengalami up and down dalam fungsinya sementara fitrah tidak
mengalami pasang surut fungsi karena ia hanya akan terhijab atau tidak. Hijab tersebut adalah
dosa yang menutup mata qalbu
6. Hawa, adalah sumber
bagi berbagai keinginan syahwat yang kuat dan menuntut pemenuhan kebutuhan
segera, dalam jumlah yang banyak dan terus menerus.
Itulah 6 sumber dan
facility yang diberikan Allah kepada manusia untuk mencapai kesempurnaan.
Dari pengertian yang
kita sampaikan, Hawa adalah dorongan syahwat (sexual, makan, minum, bersenang2
dan sebagainya) yang selalu menuntut pemenuhan dalam jumlah banyak, segera dan
terus menerus. Tidak ada HAWA yang tawadhu' dan merasa cukup dengan apa yang
ada. Karenanya Rasulullah bersabda: "Jika sekiranya anak Adam (manusia)
memiliki satu bukit harta niscaya ia akan mencari yang kedua. Jika ia memiliki
dua bukit harta, niscaya ia akan mengejar yang ketiga. Sesungguhnya tidak ada
yang mampu memenuhi perut anak Adam selain TANAH (kematian)".
Tapi, kalau kita lihat
sifat Hawa yang seperti itu, bukankah tekhnologi dan semua kenyamanan yang
dihasilkan oleh manusia saat ini berangkat dari dorongan Hawa?, misalnya
syahwat makan membuat manusia mencari cara menghasilkan beras dengan berbagai
kwalitas, dorongan syahwat kenyamanan membuat manusia memiliki inovasi dalam
menciptakan rumah atau tempat tinggal, demikian seterusnya.
Kita bisa lihat
perkembangan tekhnologi komunikasi seperti berkembangnya Smartphone, high speed
internet dan semua fasilitas OL yang menyediakan berbagai kemudahan komunikasi
bagi kita dengan berbagai bentuk Social Media App yang dihasilkan...bukankah
itu hasil dari Hawa manusia....?
Tanpa dorongan
syahwat, manusia akan tetap berada pada stone edge....(jaman batu) dan tidak
akan mencapai pengetahuan seperti yang dicapai sekarang ini.
Dimana keburukan Hawa
yang berisi sekumpulan syahwat itu....?
Dalam suran An
Nazi'at: 40, Allah berfirman:
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ
عَنِ الْهَوَىٰ فان الجنة هي الماوى
Artinya:
"Barangsiapa yang takut akan kedudukan Tuhannya dan memisahkan NAFS (DIRI)
dari HAWAnya maka surga adalah tempat baginya".
Dari ayat diatas bisa
kita simpulkan bahwa tugas kita bukan untuk memerangi HAWA tapi untuk tidak
membiarkan HAWA berkhalwat (berdua) dengan NAFS kita, harus ada pihak lain yang
menjadi pendamping. Pihak lain itu adalah 5 facillity lain (fitrah, akal,
qalbu, iradah dan dhamir) yang dianugerahkan Allah pada manusia. Ibarat supercar,
semakin tinggi dia punya speed, semakin memerlukan driver yang expert dalam
mengemudi.
Jika gerak cepat HAWA
bisa berada dibawah control akal misalnya maka manusia akan bergerak cepat
dalam mencapai sesuatu namun masih dikawal oleh logika sehingga ia akan
menghasilkan banyak manfaat dalam waktu singkat. Cepat dan akurat.
Sebagai penutup, Imam
Shadiq as. berkata:
"Jangan biarkan Hawa berdua dengan Nafsmu karena HAWA
akan mmelahapnya".