2 Februari 2018
Pada awalnya, akal
masih berfungsi dengan baik dan selalu memberikan opini kepada anda bahwa puasa
adalah perbuatan baik karena itu sebaiknya berpuasa. Namun kadang nafsu
berusaha menghalangi dan tidak mengijinkan anda berpuasa. Saat itulah Hawa akan
mengalahkan dhamir (perasaan) dan mendorong anda untuk membatalkan puasa.
Ketika hendak membatalkan, anda akan berfikir untuk mencari cara yang terbaik
untuk mendapatkan makanan, memilih makanan yang anda suka serta mendpatkan
tempat yang tersembunyi agar tidak diketahui orang. Di situlah akal mulai
berperan lagi. Saat akal berkata kepada anda: “Berpuasalah!”, maka nafsu akan
menyergah dengan keras: “Apa urusanmu?, engkau telah mengemukakan pendapatmu
dan peranmu telah selesai sehingga engkau tidak boleh ikut campur. Tugasmu
sekarang adalah mencari jalan untuk mendapatkan makanan dan berinovasi untuk
memenuhi tuntutan syahwatku!”

Akal hanya akan
terdiam pada batasnya dan menjawab: “Baiklah, aku siap melayani” dan dengan
segera menaati perintah nafsu untuk menunjukkan jalan dan menjadi sarana
pencapaian keinginannya.
Satu contoh yang lain
untuk anda:
Akal berkata: “Mencuri
adalah perbuatan buruk”. Namun nafsu menguasainya hingga terbentuklah dorongan
mencuri. Meski demikian, mencuri membutuhkan perencanaan, siapa yang
merencanakan?, akal yang merencanakan.
Nafsu berkata kepada
akal: “Aku ingin mencuri dan engkau harus membuat perencanaan”. Akal berusaha
mencegah dan berargumentasi bahwa mencuri itu tidak baik, namun nafsu memaksa:
“Jangan ikut campur karena peranmu sudah selesai, sekarang aku ingin mencuri
dan engkau harus mengatur rencana”. Maka akal hanya bisa mamatuhi perintah itu
dan menjadi alat untuk melayani nafsu.
Kalimat yang sangat
indah pernah dikatakan oleh Imam Ali bin Abi Thalib as. dalam mengungkapkan
hakikat ini: “Betapa banyak akal yang diperbudak oleh hawa yang berkuasa” .
Jadi, HAWA nafsu
memiliki kemampuan berkuasa atas akal dan memanfaatkannya sehingga menjadi
jelas betapa nafsu memiliki peran penting dan potensial untuk menciptakan
kondisi yang membahayakan. Dari sini kita dapati Al Quran yang mulia menentukan
kebahagiaan, kemenangan dan keselamatan manusia kepada sejauh mana keselamatan
nafsunya, dimana Allah berfirman: “…dan Adapun orang-orang yang takut kepada
kebesaran Tuhannya dan menahan nafsu dari keinginan hawanya, maka Sesungguhnya
surgalah tempat tinggal(nya)”. Q.S. An Nazi'at 40-41
Kuatkanlah akal
sebagai tahap terendah mujahadah sebelum kita menguatkan , fitrah, qalbu,
perasaan dan ikhtiyar. Banyak2 mengaji ilmu agar semua yang kita lakukan
berlandaskan ma'rifat sehingga kita mampu menundukkan Al Hawa...