Skip to main content

DS008-SAAT HAWA NAFSU KUASAI AKAL

2 Februari 2018

Pada awalnya, akal masih berfungsi dengan baik dan selalu memberikan opini kepada anda bahwa puasa adalah perbuatan baik karena itu sebaiknya berpuasa. Namun kadang nafsu berusaha menghalangi dan tidak mengijinkan anda berpuasa. Saat itulah Hawa akan mengalahkan dhamir (perasaan) dan mendorong anda untuk membatalkan puasa. Ketika hendak membatalkan, anda akan berfikir untuk mencari cara yang terbaik untuk mendapatkan makanan, memilih makanan yang anda suka serta mendpatkan tempat yang tersembunyi agar tidak diketahui orang. Di situlah akal mulai berperan lagi. Saat akal berkata kepada anda: “Berpuasalah!”, maka nafsu akan menyergah dengan keras: “Apa urusanmu?, engkau telah mengemukakan pendapatmu dan peranmu telah selesai sehingga engkau tidak boleh ikut campur. Tugasmu sekarang adalah mencari jalan untuk mendapatkan makanan dan berinovasi untuk memenuhi tuntutan syahwatku!”
Akal hanya akan terdiam pada batasnya dan menjawab: “Baiklah, aku siap melayani” dan dengan segera menaati perintah nafsu untuk menunjukkan jalan dan menjadi sarana pencapaian keinginannya.
Satu contoh yang lain untuk anda:
Akal berkata: “Mencuri adalah perbuatan buruk”. Namun nafsu menguasainya hingga terbentuklah dorongan mencuri. Meski demikian, mencuri membutuhkan perencanaan, siapa yang merencanakan?, akal yang merencanakan.
Nafsu berkata kepada akal: “Aku ingin mencuri dan engkau harus membuat perencanaan”. Akal berusaha mencegah dan berargumentasi bahwa mencuri itu tidak baik, namun nafsu memaksa: “Jangan ikut campur karena peranmu sudah selesai, sekarang aku ingin mencuri dan engkau harus mengatur rencana”. Maka akal hanya bisa mamatuhi perintah itu dan menjadi alat  untuk melayani nafsu.
Kalimat yang sangat indah pernah dikatakan oleh Imam Ali bin Abi Thalib as. dalam mengungkapkan hakikat ini: “Betapa banyak akal yang diperbudak oleh hawa yang berkuasa” .
Jadi, HAWA nafsu memiliki kemampuan berkuasa atas akal dan memanfaatkannya sehingga menjadi jelas betapa nafsu memiliki peran penting dan potensial untuk menciptakan kondisi yang membahayakan. Dari sini kita dapati Al Quran yang mulia menentukan kebahagiaan, kemenangan dan keselamatan manusia kepada sejauh mana keselamatan nafsunya, dimana Allah berfirman: “…dan Adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan nafsu dari keinginan hawanya, maka Sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya)”. Q.S. An Nazi'at 40-41
Kuatkanlah akal sebagai tahap terendah mujahadah sebelum kita menguatkan , fitrah, qalbu, perasaan dan ikhtiyar. Banyak2 mengaji ilmu agar semua yang kita lakukan berlandaskan ma'rifat sehingga kita mampu menundukkan Al Hawa...

Popular posts from this blog

Sastro dan bom demi bidadari (Ustadz Rakhmat Hidayat)

Sastro yang lugu terlihat sedang memijat-mijt kepalanya yang sudah mulai dihiasi dengan beberapa helai uban mengkilat. Dari usianya yang masih terbilang muda pastinya uban itu bukan sinyal pertambahan usia tapi bekas deraan nestapa dan hujaman belati hidup yang selalu 'tidak adil' terhadapnya. Beberapa menit sebelumnya, Sastro menyaksikan sebuah tayangan berita di sebuah TV swasta (yang tidak ingin disebut namanya) yang mengupas masalah ritual bomb bunuh diri yang dilakukan oleh kalangan garis keras yang katanya pemeluk Islam itu.

JANGAN (MAU) JADI TUHAN !

Sepertinya kegilaan di negeri ini kian merajalela dan berangsur tapi pasti tatanan santun masyarakatnya mulai berubah dan bergeser menuju kondisi yang sangat menakutkan. Negeri ini mulai dipenuhi manusia-manusia yang kehilangan kemanusiaannya. Persekusi di sini, intimidasi di sana dan kezaliman 'syar'i' semakin menjadi. Kaum dhu'afa pikir yang terbuai propaganda surga atau kaum teraniaya yang menolak dengan logikanya menjadi dua kubu yang berseteru. Bagai gayung bersambut, masing-masing kubu menjadikan media sosial sebagai senapan mesin penghalau lawan. Masyarakat awam sekali lagi menjadi korban tarik-menarik kepentingan syetan.

AL QURAN DAN BANI ISRAIL

             Barangkali nama Bani Israil, adalah nama sebuah kaum yang sangat akrab di telinga kita. Bani Israil berasal dari kata bani (anak-anak keturunan) dan Israil yaitu nama lain Nabi Ya’qub. Kata Israil sendiri berasal dari kata isra (hamba) dan iil (Allah) atau dalam bahasa Arab sama dengan Abdullah . Begitu banyak ayat al quran yang menceritakan sepak terjang mereka terutama dalam memperlakukan perintah Tuhan serta para utusan-Nya. Saking viralnya informasi tentang kaum yang satu ini hingga kita patut bertanya : “Mengapa Allah memasukkan begitu banyak kisah hidup mereka dalam kitab Muhammad saw?”.”Apakah hikmah Al Quran memasukkan kisah hidup kaum terdahulu dalam banyak ayat-ayat yang turun kepada kita umat Muhammad?”.