عن رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم.
مَن قضى لأخيهِ المؤمنِ حاجَةً * كانَ كمَنْ
عَبدَ اللّه َ دَهرَهُ.
الأمالي للطوسي 481/1051
.

Rasulullah bersabda: "Barangsiapa yang memenuhi hajat saudaranya maka ia seperti orang yang beribadah kepada Allah sepanjang hidupnya" (Kitab Amali, Syeikh Thusi 1051-481)
Saat kita berdoa,
seringkali doa kita kehilangan kepedulian kepada orang lain. Kita banyak berdoa
demi kepentingan kita tapi sedikit sekali doa yang kita panjatkan untuk
saudara-saudara kita.
Sedemikian kikirnya
kita hingga seruan AMIN yang kita ucapkan punya tone yang berbeda antara saat
kita berdoa untuk diri kita dan saat kita berdoa untuk orang lain. Belum lagi
kalau kita lihat di WA atau social media yang lain, seringkali untuk mendoakan
saka kita copas (copy-paste) atau kita sudah sediakan sebuah gambar untuk
mendoakan orang lain. Mungkinkah hal itu terjadi pada doa-doa untuk diri kita?.
Mengapa hal ini bisa terjadi?
Untuk memahaminya ada
beberapa hal penting yang harus diperhatikan seksama:
a. manusia memiliki
sifat hub adz dzat (mencintai segala sesuatu yang berhubungan dengan
dirinya)
Tanyakan pada diri
kita, infaq sedikit saja terasa berat tapi membeli makanan lezat dan mahal
tentunya untuk diri kita tidak ada masalah.
Kalau anak/cucu kita
sakit maka kita akan kebingungan dan berjuang untuk menyembuhkan tapi bagaimana
jika anak/cucu tetangga yang sakit? kita pura2 tak dengar tangisan dan
rintihannya.
b. Seringkali kita
tidak memahami hakikat doa. Kita hanya paham bahwa doa adalah permintaan tanpa
mengetahui cara meminta yang benar. Ada banyak hal yang harus dilakukan dalam
berdoa. Kalau kita meneliti kembali doa Kumail yang sangat kita muliakan, maka
akan dapati bahwa cara doa kita selama ini jauh dari ideal. Dalam doa Kumail
kita diajarkan adab-adab doa secara berurutan:
1⃣ Memuji Allah
(tahmid)
2⃣ Salam
Rasulullah (halawat)
3⃣ Pengakuan
atas kelemahan kita (istighfar)
4⃣ Permohonan
kita (thalab)
5⃣ Kepasrahan
akan hasil yang terbaik di mata Allah (tasklim)
Sudahkah kita
menjalankan urutan tersebut?
c. Ijabah Doa kita
berhubungan dengan perbuatan kita. Pada suatu hari ada seseorang yang datang
kepada Rasulullah saw. mengadukan kondisinya yang selalu gagal melaksanakan
shalat malamnya. Maka Rasul menjawab: "Lihatlah kembali apa yang kau
lakukan pada siang harimu!".
d. Kita juga sering
lupa bahwa berdoa memerlukan wasilah, baik wasilah langsung (direct) maupun
tidak langsung (indirect). Yang dimaksud wasilah langsung adalah Rasulullah dan
Aimmah as. yang telah dipilih Allah untuk menyambungkan dimensi langit dan
dimensi bumi. Merekalah jembatan yang menghubungkan keterbatasan kita dengan
kesempurnaan Allah. Memang kita yakin bahwa Allah Maha Mendengar (meski tanpa
wasilah) tapi kita juga sadar keterbatasan kita dan kelayakan kita untuk
meminta secara direct kepada Allah. Sedangkan yang dimaksud wasilah tidak
langsung adalah amalan yang kita lakukan yang akan mempercepat ijabah doa kita.
Sejak dahulu kala para ulama kita mentradisikan agar sebelum berdoa kita
berinfaq, menyantuni anak yatim, menyambangi fakir miskin dan sebagainya.
Karena semua itu merupakan wasilah bagi ijabah doa-doa kita.
Sebagai penutup, jika
seseorang memahami hakikat doa, niscaya ia akan lebih banyak berdoa untuk orang
lain, karena doa bagi orang lain pastilah mencakup doa untuk diri kita dengan
quality lebih baik. Ibarat tradisi ulama sebalum berdoa untuk diri, kita
berinfaq dengan doa sehingga doa bagi diri kita cepat mendapatkan ijabah.
JANGAN BERDOA KEPADA
ALLAH AGAR KALIAN BISA MAKAN TAPI BERDOALAH KEPADA ALLAH AGAR KALIAN MAMPU
MEMBERI MAKAN ORANG LAIN...
Jika kita mampu
memberi makan orang lain, pastilah kita memiliki makanan untuk kita makan. Jadi
kita akan mendapatkan makanan bagi kita tanpa harus meminta kepada Allah. Jadi
ada dua manfaat sekaligus:
1. Kita memiliki
makanan tanpa meminta
2. Mendapat pahala
memberi makan.
Result: Jangan pernah
selfish dalam segala sesuatu. Berbagilah meski hanya sepotong doa karena
memberi kepada orang lain adalah memberi pada diri kita sendiri, karenanya
Allah berfirman: "Barangsiapa yang kikir, sesungguhnya ia kikir pada diri
sendiri".