DS051-ANCAMAN KEMATIAN, INTIMIDASI PENGUASA ZALIM

MAJLIS MALAM 3 MUHARRAM 1440 H/2018 M

من خطبة للإمام الحسين عليه السلام:
"خُطَّ الموت على وليد آدم مخط القلادة على جيد الفتاة، وخُيّر لي مصرع أنا لاقيه.....

Diantara penggalan khutbah Imam Husain:
"Dekatnya kematian bagi manusia seperti dekatnya sebuah kalung dengan leher seorang gadis. Telah dipilihkan untukku pertempuran yang harus kuhadapi...


Penggalan khutbah Imam Husain ini disampaikan di Mekah Al Mukarramah sebelum beliau memulai perjalanan istisyhad menuju Karbala, perjalanan yang akan mengukir sejarah yang kekal dan abadi. Dalam khutbah itu, beberapa fakta penting disinggung, diantaranya:


  • Tanda dan gelagat menunjukkan bahwa semua akan berakhir dengan pertemuan dengan tentaran Bani Umayah. Karena semua berawal dari penolakan Imam untuk berbaiat kepada Yazid sedangkan pilihan hanya antara baiat atau kematian. 
  • Imam Husain berusaha mempersiapkan  jiwa para pendukungnya yang  mengikuti beliau dari Mekah dan sebagian besar dari Kufah serta beberapa orang dari Bashra.
  • Beliau juga hendak menggembleng jiwa Ahlul Bait nya demi meningkatkan kesiapan menghadapi ujian maha dahsyat yang puncaknya adalah pembantaian di Karbala.
  • Pasukan Umawiy berusaha untuk memberikan gambaran kepada masyarakat bahwa kematian adalah sesuatu yang menakutkan. Dan tampaknya usaha ini cukup berhasil dengan tunduknya penduduk Kufah dan daerah lain kepada ancaman penguasa zalim itu sehingga mereka menolak memberikan dukungan kepada mujahidin yang ikhlas

Mengintimidasi masyarakat dengan ancaman kematian menjadi senjata paling ampuh yang dimiliki oleh penguasa bahkan sampai hari ini.

Khutbah ini merupakan khutbah pertama beliau di hadapan banyak orang karena saat di Madinah, beliau tidak memiliki kesempatan untuk bertemu dengan massa yang banyak. Sekaligus menjadi khutbah yang akan dikenang sepanjang perjalanan menuju Karbala, selain khutbah beliau di Karbala yang menggetarkan.
Dengan kata lain, khutbah pertama Husain sarat dengan tarbiyah dan pemahaman yang benar. Tarbiyah ini bertolak belakang dengan doktri yang ditanamkan oleh penguasa Bani Umayah kala itu baik dari segi materi maupun metodenya. Tarbiyah Imam adalah tarbiyah ilahiyah dan kepasrahan dalam mengarungi qadha yang Maha Kuasa sementara tarbiyah tughat adalah penanaman rasa takut terhadap kematian sehingga melemahkan bahkan mematikan semangat dalam membela kebenaran dan melawan kezaliman penguasa diktator.
Setiap manusia mencintai kehidupan dan membenci perpisahan dengan duniawi. Itulah yang dirasakan oleh setiap manusia sehingga ia merasakan ketakutan terhadap kematian. Fakta ini dikuat dalam Al Quran:

﴿قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلاَقِيكُمْ﴾ 
Katakanlah, sesungguhnya kematian yang kalian lari darinya, niscaya ia akan menemukan kamu
﴿يُدْرِكُكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ﴾
Kematian akan menemukan kalian meski kalian bersembunyi di benteng yang kokoh

  ﴿فَتَمَنَّوُا الْمَوْتَ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ﴾
Jadikanlah kematian sebagai harapan jika kalian memang benar

Maka tidak ada yang kekal di dunia. Lihatlah apakah para nabi, shalihun, ulama hidup kekal. Jika ada yang kekal diantara mereka, pastilah Nabi Muhammad yang paling berhak hidup kekal. Padahal Allah berfirman kepada Nabi Muhammad:
  إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُمْ مَيِّتُونَ 

Sesungguhnya engkau akan mati sebagaimana yang lain juga akan mati

Denngar bait-bait syair Imam Ali saat mengenang kesedihan atas wafatnya Rasulullah saw.

الموت لا والداً يُبقي ولا ولدا                   هذا السيلُ إلى أنه لا ترى أحدا
للموت فينا سهامٌ غير طائشةٍ                   من فاته اليوم سهمٌ لم يفته غدا
هذا النبي ولم يخلَّد لامتّه                       لو خلّد الله خلقاً غيرهَ خَلُدا


Mati tidak perdui apakah ayah apakah anak

ia adalah banjir bandang hanya saja tiada yang melihat
mati bagi kita bagai anak panah yang pantang meleset
jikapun anak panah itu meleset hari ini, tidak akan lagi esok hari
Inilah Nabi yang tidak dikekalkan untuk umatnya
Jika ada yang Allah kekalkan diantara makhluk-Nya pastilah dia...

Ini adalah masalah yang jelas dan tidak bisa dipungkiri oleh siapapun karena setiap orang yakin bahwa hidup akan dipungkasi dengan kematian. Perbedaan terletak pada cara pandang kita terhadap kematian itu yang berhubungan erat dengan cara kita mempersiapkan diri kita untuk menyambutnya. (contoh 2 orang yang keluar dari penjara pada masa Nabi Yusuf as.)

Dalam paradigma ilahiyah, mati bukanlah akhir dari kehidupan seorang manusia karena ia hanyalah perpindahan dari satu alam menuju alam yang lain sebagaimana pernah ia alami sebelumnya semenjak alam ruh, alam rahim hingga alam dunia. Kematian adalah urutan perjalanan menuju alam barzakh  hingga alam akhirat.

Jadi, pemahaman dan kesadaran akan makna kematian adalah sebuah bentuk tarbiyah yang efektif. Sehingga saat seorang mukmin mengingat kematian ia akan tergerak untuk melakukan amal-amal kebaikan, meninggalkan kemungkaran, membela kebaikan dan kaum teraniaya serta memngagungkan kebaikan. Kesadaran akan kematian akan meningkatkan kualitas akhlak manusia mukmin.

Mengapa kesadaran?, karena ada pendangan yang salah akan hal ini dimana sebagian orang melihat bahwa jika hidup diakhiri dengan kematian, mengapa harus beramal dan berkarya?, bukankah sebaiknya kita menghindarkan diri dari keduniaan, tidak berinteraksi dengan masyarakat dan tinggal menunggu datangnya kematian. Sikap ini ditentang keras oleh Islam karena Islam tidak mengenal kerahiban karena manusia adalah makhluk yang akan dimintai pertanggungjawaban.

﴿وَقِفُوهُمْ إِنَّهُمْ مَسْئُولُونَ﴾

Di sisi lain ada pandangan ekstrim yang melihat bahwa apabila hidup diakhiri dengan kematian maka mengapa tidak memanfaatkan hidup yang hanya sekali ini untuk berfoya-foya dan bersenang-senang. 
Pandangan ini hanya akan menyimpangkan manusia dari tanggung jawab manusia.

Kedua pandangan itu menjauhkan dari kebenaran.
Pandangan ketiga adalah pandangan yang menyadari akan kepastian kematian sehingga ia berusaha mempersiapkan diri demi menyambutnya dengan cara terbaik dan bertanggungjawab.
Imam Husain dalam syairnya mengatakan:

فإن تكـن الدنيـا تعدّ نفيسـة * فإنّ ثـواب الله أعلـى وأنبـل
وإن يكن الأبدان للموت أنشأت * فقتل امرئ بالسيف في الله أفضل
وإن يكن الأرزاق قسماً مقدّراً * فقلّة سعي المرء في الكسب أجمل
وإن تكن الأموال للترك جمعها * فما بال متروك به المرء يبخـل

Jika dunia kau anggap menarik, maka pahala Allah lebih tinggi dan lebih menarik
Jika badan ini tercipta untuk kematian, maka matinya seseorang di jalan Allah adalah yang terbaik
Jika rejeki adalah bagian yang telah dipilah-pilah maka tidak rakus dalam mencari  adalah hal terindah
jika harta dikumpulkan hanya untuk ditinggalkan, bagaimana mungkin seseorang kikir terhadap harta yang akan ditinggalkannya?

Dalam bait-bait lain, Imam juga berkata:



سأمضي وما بالموت عار على الفتى * إذا ما نوى حقّاً وجاهد مسلماً
وواسى الرجال الصـالحين بنفسـه * وفارق مثبوراً وخالف مجرما

فإن عشـت لم أندم وإن متّ لم ألم * كفى بك موتاً أن تذلّ وترغما

Aku akn tetap melangkah karena mati bukan aib meski seseorang masih muda, selama berniat baik dan berjuang dalam keikhlasan

orang-orang salih selalu berwasiat pada diri, meninggalkan pendosa dan pelaku kejahatan
jika aku hidup, aku tak menyesal dan jika aku mati, aku tak tersiksa
cukuplah kematian itu menghinakan atau memuliakan

Islam kita adalah agama yang mengajak manusia agar memperhatikan pemahaman-pemahaman yang menuntun manusia menuju sikap tanggung jawab dan melakukan kebaikan. Sehingga ia tidak meninggalkan dunia atau meninggalkan tanggung jawab dengan tenggelam dalam kenikmatan duniawi.
Bahkan Islam memandang sebagian amal manusia akan menjadi sumber kebaikan meski setelah kematiannya. Sebagaimana Rasul bersabda:

"إذا مات المرء انقطع عمله إلا من ثلاث، علمٍ ينتفع به، ولدٍ صالح يدعو له، وصدقةٍ جارية"

Jika seseorang mati maka akan terputus amalnya kecuali yang 3 : Ilmu yang dimanfaatkan, anak  shalih yang mendoakan dan shadaqah jariyah (yang mengalir pahalanya)

Bagaimana jika seseorang mampu menjadikan kematian sebagai jalan yang menjamin tercapainya ridha Allah dengan menjadikan hidupnya berharga dan berusaha menyesuaikan keinginannya dengan kehendak-Nya?,  Mereka adalah para syuhada yang melihat kematian sebagai jalan terpendek dan terjamin dalam mencapai ridha dan surga-Nya.


Pada masa Imam Husain, beliau berhadapan dengan dua pandangan yang bertentangan dengan gerakan kebangkitan husiniyah ini. Mereka tidak mendukung beliau baik karena ketakutan akan kematian atau ketakutan kehilangan kenikmatan duniawi. Kelompok yang tunduk kepada penguasa, ikut serta mencelakakan Imam dan yang diam juga melakukannya meski tak langsung.

Bukankah hadits mengatakan: “Barangsiapa yang ridha dengan perbuatan suatu kaum maka ia dianggap ikut melakukannya”.
Zuhud dalam hal ini bukan sebuah kebaikan karena zuhud dalm kondisi ini adalah lari dari tanggung jawab yang seharus dipikul oleh seorang Zahid. Bahkan sebagian sahabat yang yang mengatakan: “Jika orang-orang membaiat Yazid maka terpaksa aku juga akan melakukannya”.
Ini kisahnya:

وكان الحسين عليه السلام جالساً مع عبد الله بن عمر وعبد الله بن الزبير في مسجد جدّه صلى الله عليه وآله وسلم لمّا جاءهم رسول الوالي يدعوهم إلى قصر الإمارة ليلاً.
فقال ابن الزبير للحسين عليه السلام: "ما تراه بعث إلينا في هذه الساعة التي لم يكن يجلس فيها؟
فأجابه الإمام عليه السلام: "أظن أن طاغيتهم قد هلك، فبعث إلينا ليأخذنا بالبيعة قبل أن يفشوا في الناس الخبر".
فكان كما توقع عليه السلام أما مواقف الثلاثة فقد كانت متباينة، فعبد الله بن عمر قال: إني أدخل بيتي متى بايع الناس بايعت!
وأما عبد الله بن الزبير فقد خرج هارباً باتجاه مكة في تلك الساعة ومعه أخوه جعفر سالكاً طريقاً فرعيّاً. لكن الحسين عليه السلام قال: أجمع فتياني الساعة ثم أمشي إليه. فلما حذّره ابن الزبير، قال عليه السلام: لا آتيه الأوان على الامتناع، أي أني أكون قادراً عن أن امتنع منه إذا أراد الاعتداء عليّ.

Maka jelaslah bahwa senjata yang digunakan oleh Bani Umayah adalah ancaman kematian dan kenikmatan yang dijanjikan.
Kondisi itu membuat Imam berusaha untuk mendobrak gejala massal ini dan membangun kesadaran umat sehingga  kematian yang ikhlas lebih didahulukan jika memang harus dilakukan demi meluruskan penyimpangan.
Dari sinilah kita memahami rahasia penekanan Imam terhadap masalah kematian ini dalam banyak momen dan kesempatan. Hal itu merupakan tarbiyah umat tentang Islam yang sebenarnya dan hal itu terus dilakukan agar manusia menyadari tanggung jawabnya. Dengan demikian manhaj jahiliyah yang menakut-nakuti masyarakat dengan kematian bisa didobrak sehingga umat jauh dari kehinaan. Dan hasilnya adalah seruan

 “Haihat minna dzillah!”, inii laa aral mauta….., lain kaana diinu Muhammadin, Almauta aula min rukuubil ‘ari….dan sebagainya

Maka tujuan Imam menekankan masalah kematian bukanlah kepasrahan akan nasib buruk yang tak terelakkan, namun sebaliknya, beliau ingin mengajak para sahabat untuk merasakan kenikmatan yang sama saat melihat kematian. Dakwah yang ikhlas adalah berbagi kenikmatan sesuatu yang dirasakan nikmat, bukan hanya (karena tuntutan kondisi) menyampaikan sesuatu meski hal itu bertentangan dengan keinginan kita.

Bukankah Allah berfirman: Laisal birra hatta tunfiqu mimma tuhibbu ?

Tujuan Imam Husain adalah menghancurkan pengaruh Bani Umayah terutama doktrin kepada masyarakat yang menjadikan mereka memandang kematian dengan cara yang salah dengan menjadikan masyarakat terhinggapi hub ad dunia
Khutbah Imam ini akan selalu abadi melampaui batasan ruang dan waktu dan akan melekat di hati orang-orang yang bersedia mereguk pelajaran berharga ini sebagai bekal perjumpaan dengan Allah. Inilah semangat yang diwarisi oleh para pejuang Islam dalam membela agama Allah ini dimanapun mereka berada. Mereka tidak takut kematian bahkan mereka merindukannya sebagai jembatan menuju kesempurnaan wujud seorang hamba.


Format Audio:



No comments

Powered by Blogger.