Demikianlah batasan yang dibuat oleh Imam as.
yang tidak berbeda dengan selainnya dalam hal prinsip dasar. Perbedaan hanya
berhubungan dengan pengambilan sikap dalam kasus tertentu dimana beliau lebih
tahu dan mereka tidak tahu.
Tulisan ini akan menjadi sempurna jika dikolaborasi
dengan tulisan-tulisan lain seputar sirah
Ahlul Bait as. yang pernah saya tulis dan telah diterbitkan. Beberapa buku
yang merupakan awal debut saya diantaranya adalah Aimmatu Ahl Al Bait Risalah wa Jihad, Al Imam Al Husain wa Mas-uliyat
Ats Tsaurah, Ats Tsa-ir was Sijnu, Dirasah fi Hayat Al Imam Musa Al Kadhim as. dan
buku-buku kecil lainnya yang berhasil dicetak dan diterbitkan yang membahas tentang
Imam Ali as., Imam Al Hasan as., Imam Husain, Aqilah Zaenab as. dan Imam Al
Mahdi as.
Dalam semua tulisan, saya berusaha selalu berada di bawah siraman cahaya petunjuk dan tauladan sirah Ahlul Bait as. serta berusaha mendekati fakta sosial dimana saya berada dengan melakukan ijtihad dalam memahami perubahan sikap dan tindakan yang harus diambil setelah identifikasi terhadap tuntutan-tuntunannya.
Saya memohon kepada Allah agar tetap teguh
dalam kecintaan kepada Rasulullah saw. dan Ahlul Baitnya, berpegang teguh
dengan petunjuk mereka serta melanjutkan perjuangan manhaj risalah mereka yang agung hingga Allah mengumpulkan saya
dalam barisan mereka pada hari kiamat nanti.
Walhamdulillahi rabbil ‘alami
Hasan bin Musa Ash Shafar
25 Jumadil Akhir 1430 H
KEDUDUKAN
AHLUL BAIT AS.
Sebagai pelanjut risalah
Ahlul Bait as. secara alami merupakan pelanjut
Rasulullah saw. karena merekalah keluarga dan keturunannya.
Merupakan kebiasaan yang bisa kita lihat jelas
pada masyarakat dimana kedudukan dan kemuliaan seorang manusia akan berimbas
kepada keluarga dan keturunannya. Jika masyarakat mencintai seseorang yang
mereka agungkan maka hal itu akan mendorong mereka untuk mencintai dan
menghormati setiap orang yang memiliki hubungan dekat dengannya sebagai bukti
kecintaan dan kesetiaan mereka kepada sosok tersebut.
Hal itu adalah manusiawi sebagaimana yang
diisyaratkan oleh Rasulullah saw. dalam sebuah khutbah terkenal yang diriwayatkan
oleh puterinya, Fatimah Zahra as.: “Seseorang akan tersimpan dalam diri
anaknya”.[1]
Yang menguatkan fakta ini adalah bahwa
Rasulullah saw. adalah manusia paling dicintai, paling dimuliakan dan paling
tersimpan dalam hati setiap muslim yang bergerak dengan irama keimanan. Bagai
pantulan kecintaan yang dalam terhadap Rasulullah, hati kaum muslimin pun
dipenuhi dengan kecintaan dan penghormatan kepada Ahlul Baitnya.
Telah diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra. yang
berkata bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda: “Cintailah Allah karena
nikmat-Nya yang telah tercurah kepada kalian, cintailah aku karena kecintaan
kalian kepada-Nya dan cintailah Ahlul Baitku karena kecintaan kalian kepadaku”.
Al Hakim An Naisaburi berkata dalam kitab Al Mustadrak ‘Ala Ash Shahihain
mengatakan: “Hadits ini shahih sanadnya”.[2]
Bahkan jika kecintaan umat kepada Nabinya akan
mendorong mereka untuk memperhatikan setiap peninggalannya, apalagi dengan zuriyah
dan ithrahnya yang merupakan peninggalan yang hidup dan pelanjut
alami nasab dan pewaris keagungan pribadinya?
No comments:
Post a comment