Skip to main content

DS057- Dan makhluk suci itu minta maaf



Tulisan ini pernah saya posting di beberapa media sosial. Meski demikian saya akan me-repost tulisan ini dengan beberapa tambahan sekedar mencari relevansi dan korelasi kekinian atau sekedar alasan karena kehabisan stok bahan tulisan di lemari otak yang minim kapasitas simpan ini.

Mengapa banyak hadits yang menegaskan bahwa meski dosa hamba kepada Allah merupakan perbuatan keji mengingat kemurahan Allah kepada hamba-Nya, namun dosa hamba kepada sesama, secara tekhnis, lebih sulit dilebur. 

Nggak perlu dalil untuk membuktikan hal itu, semua sangat gamblang karena: 

Allah pengampun tapi ego kerasnya manusia minta ampun, Allah penyayang saat tinju manusia mudah melayang, Allah penyabar padahal manusia bersifat barbar.

Seharusnya manusia malu kepada malaikat yang dengan legawa menyatakan diri bersalah karena bodoh, padahal malaikat itu suci dan bertanya tentang keputusan Tuhan berdasar argumentasi logis bukanlah dosa. Meski demikian malaikat tetap memohon ampun atas 'dosa' keingintahuan itu.

Lha ini manusia, sudah banyak dosa, minim ibadah, jarang infaq, gemar yang haram, panas telinga saat dengar ayat suci dan dengan segudang keburukan itu, masih percaya diri mengaku sebagai khalifah bumi dan defender of the earth (seperti judul film superhero). '...dan apabila mereka ditegur: Jangan berbuat kerusakan di muka bumi, mereka mejawab: 'Sejatinya, kamilah yang memperbaiki'

Bahkan baru-baru ini segolongan manusia melakukan kudeta terhadap wilayah resmi Allah dan kekhalifahan-Nya itu dengan menciptakan sistem kekuasaan baru yang mengatasnamakan khilafah-Nya. 

Ops...sepertinya ini bukan yang pertama manusia melakukan kudeta terhadap titah langit atau jangan-jangan sejarah sedang mengulang dirinya. Mondar-mandir di gang lini masa yang dipenuhi kepalsuan dan kemunafikan. Berpikir tentang manusia sama saja berpikir tentang makhluk bobrok yang selalu berlindung dengan alasan khata (salah) dan nisyan (lupa)

Sekarang kita lihat malaikat sebagai wujud pembanding agar lebih terasa kerasnya hati makhluk yang bernama manusia.

Dimulai saat sabda Allah menggelegar dan memecah kesunyian yang terisi dengan samar dengung dzikir para malaikat. Pengumuman titah Tuhan yang menubuwatkan manusia yang bernama Adam untuk menjadi khalifah atas muka bumi. 

Mendengar titah kontroversial itu, hampir serempak malaikat bertanya (sekali lagi, bukan mempertanyakan) tentang kebijakan Sang Khaliq itu, Setelah menahan rasa penasaran yang cukup menyiksa, akhirnya mereka bertanya : “Apakah Engkau akan mengangkat manusia sebagai khalifah, padahal yang namanya manusia gemarnya merusak dan menumpahkan darah..?

Lontaran pertanyaan nyaris spontan itu malah mengagetkan para malaikat sendiri, mereka segera tersadar atas lompatan pertanyaan liar yang ‘cukup berani’ itu. Kesadaran itu segera menyelipkan sedikit kekhawatiran yang melahirkan sikap mawas diri.

 

Akhirnya mereka tunduk patuh meski ada sedikit penasaran terselib. Untuk sekedar membuang penasaran itu mereka bertanya lagi : “Padahal kami selama ini bertasbih, bertahmid serta menyucikan-Mu…?”.

Nampaknya malaikat khawatir jangan-jangan keputusan Allah untuk meng’khalifah’kan Adam itu disebabkan kelalaian mereka dalam pengabdian….

 

Dengan kasih-Nya, Allah menjelaskan kepada para malaikat betapa manusia memiliki beragam kelebihan dibanding para malaikat. Bahkan Allah menguji masing-masing dari kedua kelompok makhluk-Nya itu sehingga sempurnalah hujjah-Nya.

 

Jika makhluk suci sekaliber malaikat masih mawas diri sesaat setelah lintasan pikiran liarnya mempertanyakan keputusan-Nya…bagaimana dengan manusia ? Makhluk yang katanya ‘mahallul khata wan nisyaan’ alias gudang salah dan alpa..?, 

 

Sekumpulan semut itu pun membentuk gerombolan untuk merobohkan benteng ketuhanan yang dijaga oleh pasukan langit dan bumi.

 

Manusia memang zalim karena kebodohan.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Sastro dan bom demi bidadari (Ustadz Rakhmat Hidayat)

Sastro yang lugu terlihat sedang memijat-mijt kepalanya yang sudah mulai dihiasi dengan beberapa helai uban mengkilat. Dari usianya yang masih terbilang muda pastinya uban itu bukan sinyal pertambahan usia tapi bekas deraan nestapa dan hujaman belati hidup yang selalu 'tidak adil' terhadapnya. Beberapa menit sebelumnya, Sastro menyaksikan sebuah tayangan berita di sebuah TV swasta (yang tidak ingin disebut namanya) yang mengupas masalah ritual bomb bunuh diri yang dilakukan oleh kalangan garis keras yang katanya pemeluk Islam itu.

JANGAN (MAU) JADI TUHAN !

Sepertinya kegilaan di negeri ini kian merajalela dan berangsur tapi pasti tatanan santun masyarakatnya mulai berubah dan bergeser menuju kondisi yang sangat menakutkan. Negeri ini mulai dipenuhi manusia-manusia yang kehilangan kemanusiaannya. Persekusi di sini, intimidasi di sana dan kezaliman 'syar'i' semakin menjadi. Kaum dhu'afa pikir yang terbuai propaganda surga atau kaum teraniaya yang menolak dengan logikanya menjadi dua kubu yang berseteru. Bagai gayung bersambut, masing-masing kubu menjadikan media sosial sebagai senapan mesin penghalau lawan. Masyarakat awam sekali lagi menjadi korban tarik-menarik kepentingan syetan.

AL QURAN DAN BANI ISRAIL

             Barangkali nama Bani Israil, adalah nama sebuah kaum yang sangat akrab di telinga kita. Bani Israil berasal dari kata bani (anak-anak keturunan) dan Israil yaitu nama lain Nabi Ya’qub. Kata Israil sendiri berasal dari kata isra (hamba) dan iil (Allah) atau dalam bahasa Arab sama dengan Abdullah . Begitu banyak ayat al quran yang menceritakan sepak terjang mereka terutama dalam memperlakukan perintah Tuhan serta para utusan-Nya. Saking viralnya informasi tentang kaum yang satu ini hingga kita patut bertanya : “Mengapa Allah memasukkan begitu banyak kisah hidup mereka dalam kitab Muhammad saw?”.”Apakah hikmah Al Quran memasukkan kisah hidup kaum terdahulu dalam banyak ayat-ayat yang turun kepada kita umat Muhammad?”.