3 Februari
2018
Kebanyakan orang
membatasi perkara berdasar potensi nya untuk dipahami hanya ada dua : Rasional dan Irasional
Banyak manusia yang tidak tahu tapi lebih banyak manusia yang sok tahu...

Rasional adalah
perkara yang dapat diterima oleh akal sedangkan irasional yang ditolak oleh
akal secara spontan.
Hal ini merupakan
bentuk kesombongan intelektual yang melahirkan kelompok filsafat perpaham materialis
dengan menetapkan sesuatu itu berwujud jika eksperiment fisik menguatkan
wujudnya, demikian sebaliknya.
Mereka lupa bahwa
perkara tidak hanya dibagi (qismat) dua saja karena sejatinya ada 3 :
1. Rasional, yaitu
perkara yang akal manusia mampu menerima perwujudannya. Akal akan mengatakan
YES
2. Irasional, yaitu
perkara yang akal manusia 'menolak' perwujudannya, saat itu akal akan
mengatakan NO
3. Supra rasional,
yaitu perkara yang akal manusia 'belum mampu' menerima meskipun pada saat yang
sama belum berhak menolak, saat itu akal hanya mampu mengatakan I DON'T KNOW
Kitab langit
diturunkan untuk memberikan mukadimah dan penjelasan bagi perkara-perkara supra
rasional karenanya dalam Al Quran Allah berfirman bahwa Nabi saw. mengemban tanggung
jawab pelaksanaan dua misi atas manusia yaitu MENGAJARKAN dan MENGINGATKAN:
"...dan ia (Muhammad) ajarkan Kitab dan hikmah meski sebelumnya mereka
berada dalam kezaliman", dan Allah juga berfirman: "Berilah
peringatan, sesungguhnya engkau (Muhammad) hanya pembawa peringatan dan
bukanlah engkau penguasa atas mereka!"
MENGAJARKAN
berhubungan tentang perkara rasional yang belum mampu dipahami oleh akal
manusia dan memerlupakan mukaddimah untuk mencapainya. Nabi ibarat converter
bagi syariat langit agar bisa dipahami oleh umat di bumi.
Tanpa ajaran samawi
itu akal manusia tidak akan sampai kepada hakikat-hakikat supra rasional
semisal surga, neraka, hari akhir, hakikat jin, hakikat malaikat dan
sebagainya.
MENGINGATKAN
berhubungan dengan perkara-perkara yang akal manusia telah memahaminya, namun
hawa nafsu menjadikannya lalai dan buta akan masalah tersebut. Tanpa ajaran
samawipun, setiap masyarakat manusia tahu bahwa mencuri, membunuh, menyakiti
orang lain adalah perbuatan tercela dan setiap masyarakat memiliki hukum atas
hal itu. Namun Hawa manusia seringkali menjadikannya terjerumus kedalam
perbuatan-perbuatan itu berulang kali. Bukan karena tidak paham akibatnya tapi
karena kelalaian akibat dorongan hawa. Karena itu syariat mengingatkan terus
menerus agar manusia selamat.
"Manusia adalah
tempat salah dan lupa"
Banyak manusia yang tidak tahu tapi lebih banyak manusia yang sok tahu...