DS015-TUDUHAN SYIRIK LEBIH BERBAHAYA DARIPADA TUDUHAN KAFIR

9 Fenruari 2018
Sebagaimana Islam memberikan batasan bahwa barangsiapa yang lisannya mengakui kalimat Tauhid maka ia adalah muslim dan tidak boleh dituduh sebaliknya.
Mengakui tauhid, artinya ia mengakui bahwa Allah adalah Pencipta yang layak disembah dan tidak ada selain-Nya. Sedangkan orang yang menganggap adanya sekutu kekuatan yang independent dan tuhan selain Allah maka ia disebut musyrik.
Memang, dari sudut pandang fiqih, mungkin saja kita menganggap seseorang yang mengucapkan kalimat tauhid adalah kafir karena ia mengingkari 'dharuriyat' (hal-hal asas) dalam agama seperti wajibnya shalat dan sebagainya dimana (keingkaran itu) itu bukan dikarenakan kebodohan atau syubhat. Itu setelah kita tahu dan memiliki bukti akan hal itu. Sebelum ada bukti yang kuat maka kita tidak berhak melakukan takfir kepada orang lain.
Demikian juga dengan predikat musyrik yang sering disematkan kepada sekelompok orang yang melakukan ziarah kubur, tahlil dan sebagainya. Tuduhan syirik tidak boleh diarahkan kepada orang yang bertauhid sebelum ada bukti yang menjadi indikasi kuatnya.
Dengan kata lain, Rasulullah diperintahkan untuk menyampaikan: "Jangan kamu menuduh seseorang yang bertauhid itu syirik sebelum kalian mendapatkan dalil akan kemusrikannya!"
Mengapa tuduhan syirik lebih berbahaya dari tuduhan kafir?
Tuduhan syirik menjadi lebih berbahaya daripada tuduhan kafir karena tuduhan kafir hanya ditujukan kepada orang-orang yang jelas-jelas mengingkari Islam dengan kesadaran dan ilmu, sedang tuduhan musyrik ibarat panah bermata dua karena tidak hanya diarahkan diarahkan kepada orang kafir, tapi juga dengan mudah diarahkan kepada muslim yang dianggap menyekutukan Allah oleh sebagian kaum muslimin yang biasanya mayoritas. Sebagaimana kita sampaikan pada kuliah sebelumnya bahwa mereka memposisikan diri mereka sebagai polisi syariat dan berfantasi menjadi wakil Allah untuk menetapkan vonis musyrik kepada orang yang melakukan ziarah kubur, bertawassul atau siapapun yang mereka kehendaki.
Dengan demikian tuduhan syirik akan menghancurkan persatuan kaum muslimin karena biasanya dilakukan oleh kelompok mayoritas muslim kepada minoritas yang berbeda praktek keagamaannya dengan mereka. Tidak sedikit kondisi ini dimanfaatkan hingga ranah politik. Ketika satu kelompok muslim berusaha menghancurkan kelompok muslim lain yang dianggap rival maka salah satu yang kerap dilakukan adalah menciptakan image bahwa kelompok lawan bertentangan dengan dasar tauhid atau dengan kata lain telah melakukan kemusyrikan. Dengan hal itu diharapkan kelompok lawan akan tumbang dan ambisi politik atas nama agama akan menang dan menjadi pahlawan tauhid.
Tindakan orang-orang seperti itu adalah bentuk JAHIL MURAKKAB, kebodohan yang bertingkat (tak tahu sampai berapa layer) karena mereka lupa bahwa tauhid adalah substansi tolak ukurnya. Mengapa jahil bertingkat?, karena tanpa disadari, saat mereka merasa memperjuangkan tauhid, sesungguhnya mereka telah melakukan kemusyrikan yaitu dengan menuhankan diri dan kelompok mereka serta menjadikannya sebagai tolak ukur tauhid. Mereka merasa bahwa perbuatan mereka adalah mutlak benarnya dan bahwa ucapan mereka adalah absolute adanya.
Kebodohan inilah yang menciptakan tradisi menganggap bid'ah atas setiap perbuatan yang tidak sesuai dengan ijma’ tendensius kelompok mereka bukan sunnah Rasul saw.
Mereka berkhayal bahwa pakaian yang mereka kenakan, jenggot mereka yang tumbuh terbiarkan, celana pendek yang mereka pakai dan sebagainya adalah meniru Rasulullah saw. sehingga barangsiapa yang tidak seperti itu maka ia telah melakukan bid'ah dalam pakaian maupun tingkah laku.
Sebenarnya semua itu tidak masalah sebagai usaha dengan niat untuk mendekati sunnah. Namun tidak berhak mereka menganggap orang lain melakukan kesesatan karena mengenakan pakaian yang tidak sama dengan pakaian mereka atau melakukan kebiasaan di luar kebiasaan mereka.
Kalau mereka merasa semua yang mereka pakai adalah sama dengan pakaian yang dikenakan  Rasulullah, maka bukankah Rasulullah adalah orang Arab yang berpakaian sama dengan orang Arab yang lain termasuk Abu Lahab atau Abu Jahal.
Tindakan anarkis yang dilakukan sekelompok kaum muslim terhadap kelompok kaum muslimin yang lain adalah tindakan jahiliyah yang dilakukan oleh kaum Arab sebelum masa Islam. Nuansa itu sangat terasa saat kita menyaksikan kebiadaban gerombolan ISIS atau apapun namanya terhadap kaum muslimin terutama kaum perempuan. Tindakan itu jauh dari jaran Islam yang rahmatan lil ‘alamin dan jauh dari konsep-konsep dasar dakwah Islam yaitu hikmah, nasehat dan diskusi dengan cara terbaik.
Meski demikian, mereka mengumumkan bahwa mereka adalah para pejuang tauhid meskipun dengan memerangi manusia-manusia muslim yang bertauhid.



Powered by Blogger.