DS028-MANUSIA TERBAIK


Jika kita ingin mengetahui, siapakah manusia yang paling baik menurut syariat maka kita akan dapati banyak ayat maupun hadits yang menyebutkan ciri-ciri manusia terbaik. Misalnya, dalam Al Quran Allah berfirman:
Inna akramakum ‘indallahi at-qaakum (Sesungguhnya manusia termulia di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa.

Dalam hadits Rasul bersabda:

Khairukum anfa’ukum lin naas (Yang terbaik diantara kalian adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain), dan masih banyak contoh-contoh lain yang menunjukkan ciri dan tanda kemuliaan seseorang.

Semua itu merupakan konsep tentang keutamaan manusia dan ketinggian derajat wujudnya. Meski demikian banyak diantara kita yang belum mengetahui, secara tekhnis, apa yang harus kita lakukan untuk menciptakan taqwa atau menjadi manusia yang terbaik dan paling banyak memberikan manfaat bagi orang lain.
Kita memang ingin meraih taqwa sebagai tujuan, tapi mengapa sampai saat ini kita merasa jauh dari tradisi kaum bertaqwa diantara para ulama atau orang shalih?, Kita ingin bertaqwa akan tetapi betapa sulitnya kita meninggalkan dosa dan maksiat yang bertentangan dengan ketaqwaan itu sendiri?. Betapa hawa nafsu masih saja menguasa akal dan hati kita sehingga jalan taqwa menjadi alternative untuk kita tinggalkan.
Mesikpun kita tahu bahwa memberikan manfaat kepada orang lain akan meningkat derajat kita, namun betapa sulit menghilangkan sifat riya dan sombong saat kita memberikan manfaat kepada orang lain. Kita merasa bahwa kita yang paling berjasa kepada orang lain dan selain kita tidak ada apa-apanya.
Apa yang hilang dari kita hingga kita hingga kita kesulitan untuk meraih ketinggian derajat?, apa yang kita lewatkan hingga sejauh ini kita berjalan di jalur Islam namun tidak mendapatkan sesuatu yang berarti bagi nilai kita di hadapan Allah?.
Jika Allah berjanji: alaa inna bidzikrillahi tathma-innul quluub (ketahuilah, dengan mengingat Allah maka hatimu akan tenang), mengapa kita masih gelisah setelah atau disaat kita membaca Al Quran dan berusaha mengingat nama-Nya dalam segala sesuatu dan segala keadaan?
Apa yang sudah terjadi kepada kita...? Apa yang harus kita lakukan?, apa yang hilang dari kita...?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut harus selalu ada dalam kehidupan kita.

Sejatinya kita telah kehilangan sesuatu yang penting. Sesuatu yang hilang dari kehidupan ibadah kita adalah ‘azam (tekad) sehingga iradah (kehendak) kita menjadi lemah. Kita membaca dan memahami konsep namun kita kebingungan melaksanakannya atau tidak bingung namun terasa berat benar untuk dilaksanakan. Terjadi pertentangan antara kebaikan dan kebathilan dalam diri kita dan selalu kebathilan yang menang.
Marilah kita lihat apa kata hadits mengenai hal ini:

عن رسول الله صَلى الله عليه واله :

أفضل الناس من عشق العبادة فعانقها ، وأحبها بقلبه وباشرها بجسده وتفرغ لها، فهو لايبالي على ما  أصبح من الدنيا على عسر أم على يسر ). الكافي(

Rasulullah bersabda:
MANUSIA TERBAIK ADALAH YANG MERINDUKAN IBADAH MAKA IA MEMELUKNYA, IA MENCINTAINYA DENGAN HATI HINGGA BERSEGERA MENUJU KEPADANYA DAN MENYATUKAN TUBUHNYA DENGANNYA. SEMUA ITU MENJADIKAN IA TIDAK PEDULI TERHADAP APA YANG TERJADI TERHADAP DUNIAWINYA, BAIK SUSAH MAUPUN SENANG. (Ushul Al Kafi)

Manusia terbaik adalah manusia yang bertekad untuk menyatukan diri dengan ibadah yang ia lakukan bukan orang yang hanya memandang tumpukan ibadah yang banyak namun tidak merasakan nikmatnya dalam diri. Orang yang tahu dan yakin bahwa cabe (chili) itu pedas hanyalah orang yang pernah merasakan panasnya di mulutnya meski hanya 1 biji saja, bukan orang yang memiliki sekarung cabe namun ia tidak berazam untuk menggigit atau memakannya, karena sampai kapanpun ia tidak akan merasakan pedasnya meski ia punya banyak cabe di hadapannya.

Azam untuk menyatu dengan ibadah kita adalah yang terpenting hingga kita merasakan kenikmatannya, bersedih atas kehilangannya dan rindu perjumpaan dengannya.

No comments

Powered by Blogger.