DS024-JAMALIYAH DAN JALALIYAH



Manusia adalah khalifah Allah di muka bumi. 
Sebagai khalifah, manusia membawa mandat dari Allah untuk menjadi wakil-Nya dalam berinteraksi dengan makhluk-makhlukNya di muka bumi, baik manusia maupun makhluk lain seperti binatang, tumbuhan bahkan jin. 
Sebagai khalifah, manusia harus berusaha menghadirkan sifat Allah dalam setiap kegiatannya. 
Salah satu sifat Allah yang paling masyhur adalah rahmah (kasih sayang). 
Bukankah atas dasar yang sama Allah mengutus Nabi Muhammad saw.?, wa maa arsalnaaka illa rahmatan lil ‘alamin..

Bentuk pelaksanaan mandat kekhalifahan ilahi ini adalah agar manusia menjalin tali silaturahmi hingga tercipta rajutan kasih sayang yang menyatukan perbedaan dalam sebuah kesatuan yaitu kasih sayang sesama makhuk Allah.

Mengapa menjalin kasih sayang merupakan perintah Allah yang sangat ditekankan?.

Saya melihat adanya korelasi yang kuat antara perintah untuk menjalin hubungan kasih sayang ini dengan berbagai perbedaan diantara manusia yang merupakan sunnatullah yang tak bisa dipungkiri. Bukankah Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Kami cipatakan kalian dari laki-laki dan perempuan,kami juga jadikan kalian berbangsa=bangsa dan bersuku-suku agar kalian saling mengenal. Sungguh yang paling mulia disisi Allah dianta kalian adalah yang paling bertaqwa, sungguh Allah maha mengetahui lagi maha waspada”.(Q.S. Al Hujurat: 13)

Cara untuk menyatukan perbedaan bukan dengan menciptakan keseragaman yang dipaksakan tapi dengan memahami hakikat perbedaan sehingga tercipta kesamaan persepi yang menyatukan. Dari ayat diatas, kita memahami bahwa Allah menghendaki agar manusia menjalin kasih sayang dan pengertian diantara mereka agar tercipta keharmonisan dalam perbedaan. Itulah misi utama silaturahmi yang dengannya manusia akan mencapai kebahagiaan.

Silaturahmi berasal dari kata shilah yang artinya sambungan dan rahmi yang bermakna kasih sayang. Karena itu makna silaturahmi adalah menyambungkan tali kasih sayang dengan sesama.  Manusia. Perintah untuk meyambung silaturahmi ini adalah perintah untuk memperlakukan manusia yang lain dengan kasih sayang sebagaimana yang dilakukan Allah saat memperlakukan hamba-Nya.

Dalam salah satu potongan doa Jausyan Kabir kita membaca: Wahai Dzat yang kasih sayang-Nya mendahului murka-Nya, yang menunjukkan betapa Allah tidak menginginkan kehancuran hamba-hamba=Nya, betapa Allah selalu ‘mengorbankan’ kuasa-Nya demi keselamatan manusia hingga layaklah jika Dia diseru: “Ya Rahmaanu Ya Rahiimu!”

Sesungguhnya Allah memiliki sifat berdimensi jalaliyah (sifat yang bersumber pada kekuatan berdimensi maskulin) dan sifat berdimensi jamaliyah ( sifat yang bersumber pada kelembutan dan kasih sayang/feminim)

Dalam memperlakukan hamba, Allah selalu mendahulukan sifat jamaliyah daripada sifat jalaliyah. Allah selalu mendahulukan kasih sayangnya, bahkan daripada keadilan karena keadilan yang ditegakkan hanya akan menjadikan manusia celaka karena kehilangan kasih sayang Allah. Sehingga dalam doa yang sama (Jausyan Kabir) kita juga menyeru: Ya man laa yukhaafu illa ‘adluh (Wahai yang tidak ditakuti selain keadilan-Nya)

Mengapa kita takut akan keadilan Allah?

Karena jika Allah memperlakukan kita dengan keadilan maka kita akan celaka mengingat kita yakin amalan kita tidak akan mampu menyelamatkan kita di hari perhitungan.

Berdasarkan apa yang telah kita bahas kita meyakini bahwa kasih sayang Allah yang kita butuhkan. 
Kita akan diperlakukan dengan kasih sayang jika kita juga rela mengembangkan dimensi jamaliyah kita. Dimensi yang didominasi dan dikuasai oleh nilai-nilai kasih sayang dan kehalusan budi pekerti. Bukankah disebutkan dalam hadits : irhamuu man fill ardhi yarhamukum man fis samaa (Kasihilah yang ada di bumi agar engkau dikasihi oleh (Tuhan) yang ada di langit!)
Hal ini juga menjadi latihan bagi kita untuk tidak mendahulukan ego kita dan merasa paling kuat, paling berkuasa, paling kaya dan sebagainya. Jika kita memaafkan orang (jamaliyah) meski kita memiliki kuasa dan mampu membalas (jalaliyah) maka kita sudah mulai melangkah mengaplikasikan sifat Allah yaitu mendahulukan kasih sayang daripada keadilan.

Membalas sebuah perbuatan ibarat obat chemical (kimia). Kesan(efek)nya memang cepat karena ia hanya berfungsi sebagai pain killer saja. Meski reda sakit sekejap namun sebenarnya ia sedang merusak organ tubuh kita dengan lebih parah lagi hingga sampai suatu saat obat apapun tidak mampu menyembuhkan.

Memaafkan sebuah perbuatan seperti minum jamu yang natural dan alami. Memang pahit rasanya, memang tidak sedap baunya, memang tidak segera menyembuhkan rasa sakit namun ia akan memperbaiki setiap sel tubuh kita secara perlahan tapi pasti sehingga tubuh sehat secara alami tanpa paksaan dan kebaikan akan bertahan untuk waktu yang lama.

Silahkan anda memilih obat yang anda inginkan dengan segala konsekwensinya. Ingin nikmat panjang dengan sedikit ujian sebagai mukadimah atau ingin nikmat sekejap yang akan ditebus dengan kesakitan yang berkepanjangan.

SUNGGUH TELAH KAMI TUNJUKKAN JALANNYA, TERSERAH APAKAH KALIAN AKAN BERSYUKUR ATAU AKAN KUFUR

Jadi silaturahmi adalah mengaplikasikan sifat Allah dalam kehidupan karena kita adalah khalifah dan pemikul mandat-Nya.

No comments

Powered by Blogger.